CLOSE
MARKET REVIEW & IHSG OUTLOOK
Indeks pada perdagangan kemarin ditutup menguat ke level 7086. Transportation & Logistic (1.765%), Basic Materials (0.977%), Industrials (0.436%), Consumer Non-Cyclical (0.432%), Properties & Real Estate (0.329%), Consumer Cyclicals (0.291%), Energy (0.064%), Healthcare (0.02%), Financials (0.014%), kendati sedikit dibebani oleh sektor Infrastructures (-0.064%), Technology (-1.48%). Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak pada range level support 7050 dan level resistance 7120.
Indeks acuan Amerika Serikat (AS) bergerak variatif pada awal perdagangan pekan ini (8/8/2022), karena kekhawatiran akan permintaan untuk industri semikonduktor membebani perusahaan teknologi. Indeks S&P 500 tergelincir 0,12% ke 4.140,06 dan Nasdaq turun 0,1% ke 12.644,46. Sementara indeks Dow Jones menguat tipis 0,09% ke 32.832,54.
Selain itu, investor perlu mencermati beberapa sentimen penggerak pasar lainnya dari dalam negeri. Pertama, rilis penjualan eceran atau ritel Indonesia per Juni 2022 yang akan dirilis pada pukul 11:00 WIB. Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) telah mengumumkan penjualan ritel Indonesia pada Mei 2022 yang diukur dengan Indeks Penjualan Riil (IPR) tumbuh positif berada di 234,1. Secara bulanan (month-to-month/mm), penjualan ritel masih terkontraksi atau tumbuh negatif 2,1% karena berakhirnya musim Ramadan-Idul Fitri. Namun, secara tahunan (year-onyear/yoy) tumbuh 2,9%. Pertumbuhan IPR ditopang oleh penjualan Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi, Kelompok Makanan, Minuman dan tembakau, serta Kelompk Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. BI memperkirakan IPR pada Juni akan berada di 229,1 atau turun 2,1% secara bulanan, tapi melesat 15,4% secara tahunan. Adapun dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, kontribusi sektor ritel terhadap PDB sudah lebih dari 10% dan konsumsi masyarakat menyumbang sebesar 53% hingga 56%.
Sementara dari eksternal, investor juga perlu mencermati rilis produktivitas Non-pertanian kuartal II-2022 yang
menghitung perubahan efisiensi tenaga kerja dalam memproduksi barang dan jasa, yang tidak termasuk industri
pertanian. Penurunan produktivitas tenaga kerja sama saja dengan peningkatan upah. US Bureau of Statistic
melaporkan produktivitas tenaga kerja non-pertanian pada kuartal pertama tahun ini berada di -7,3% dan menjadi
penurunan produktivitas paling tajam sejak kuartal ketiga 1947, karena output turun 2,4% dan jam kerja naik 5,4%.
Konsensus analis Investing.com memperkirakan angka produktivitas Non-pertanian kuartal II-2022 akan kembali
melemah lebih tajam dari -7,3% ke -7,5%. Namun, konsensus analis Trading Economics memproyeksikan angka
produktivitas akan naik ke -4,6%. (source : CNBC Indonesia)